Senin, 20 Mei 2013

Kekosongan Idealisme

Terkadang sebuah pikiran dengan banyak kebingungan itu menyenangkan..
Seperti kepingan parcel yang harus disusun dengan ketelitian..
Membutuhkan tenaga, hati dan pikiran untuk terus mencari parcel yang benar..
Kadang karena kebingungan itu, kita lupa siapa sang pemberi pikiran itu..
Banyak sekali waktu yang dihabiskan untuk menikmati pikiran sendiri..
Tapi hanya untuk bercengkrama dan meluapkan semuanya kepada sang pemberi pikiran, rasanya waktu itu menjadi sangat singkat..
Insting seseorang terus termakan oleh idealisme tanpa batas..
Berusaha mengerti yang seharusnya cukup untuk diketahui..
Tapi tidak berusaha mengerti sebuah tanggung jawab keimanan yang menjadi kekuatan dan dasar untuk semua pemikiran idealis yang ada..
Terlalu dalam memikirkan semua hal-hal klasik tak berujung..
Hanya bisa meneriakkan aspirasi dan jiwa sosial tanpa resalisasi..
Sebuah keimanan yang hanya dijadikan topeng kemunafikan dengan beribu alasan basi para pembual..
Cukup tau negara ini begitu kotor dengan darah kehancuran dan kepentingan tak berdasar..
Mungkin tempat dimana sebuah harapan dan impian digantung hanya menjadi persinggahan tak berarti..

Dampak Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Isu yang paling banyak menjadi tema latar belakang peneliti baik dalam ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu lainnya adalah Globalisasi. Kehadirannya nampak membawa dua taring yang berbeda, ia menusuk sisi relung kehidupan tanpa pamrih. Bila kita tidak terbuka untuk menyematkan laju globalisasi yang meninggi, setidaknya kita akan berada pada ranah yang terombang-ambing. Di satu sisi maka disisi lain. Dalam pelajaran ini, yang dibawakan oleh John Hoberman, kita akan mengenali dampak-dampak yang diakibatkan globalisasi.

We will learn why the basic principle of globalization is competition?

We will learn how the world is connected more than ever before?

Meskipun begitu kita yang sudah pernah menerima dampak dan hasilnya, tiada salahnya untuk berbagi apa yang dipikirkan tentang globalisasi. Tetapi sebelumnya, kita haruslah percaya bahwa globalisasi tidaklah serta-merta menjadi hantu yang menakutkan bagi kita. Globalisasi itu seiring dengan bagaimana teknologi membuat kita terhubung satu sama lain di dunia dengan cepatnya. Imbasnya adalah kita memasuki dunia lain di luar batas negara, kampung, dibatasi sungai dan samudera yang luas, dengan hanya memindahkan remote, klik mouse atau semisalnya yang sama.

Pelbagai aspek yang paling banyak dibicarakan tentu adalah culture alias budaya. Bagaimana jadinya bila satu budaya bertemu dengan budaya lain yang notabene nya berbeda, bahkan jauh. Adalah cultural shock jawabannya. Dampaknya adalah banyak kita temukan. Namun contoh paling baru yang bisa dijadikan contoh disini adalah bagaimana seorang anak kecil dengan leluasanya membunuh temannya sendiri karena uang seribu ? Sangatlah tidak mungkin bila kita mengatakan bahwa mungkin dia belum mengerti apa itu apa ini bila dia ketika diintrogasi sangatlah mudah untuk menjawab "saya tidak menyesal". Adakah yang bisa dipetik dari masalah pelik globalisasi disini ? Adakah suatu percepatan dari suatu dunia yang dipenuhi teknologi canggih mempuni ?

Revolusi komunikasi setelah melampaui dua tahapan revolusi pertanian dan revolusi industri - Alvin Torfler -
oleh : Syahrullah Sanusi (Antropologi Unhas 2008)