Senin, 20 Mei 2013

Dampak Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Isu yang paling banyak menjadi tema latar belakang peneliti baik dalam ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu lainnya adalah Globalisasi. Kehadirannya nampak membawa dua taring yang berbeda, ia menusuk sisi relung kehidupan tanpa pamrih. Bila kita tidak terbuka untuk menyematkan laju globalisasi yang meninggi, setidaknya kita akan berada pada ranah yang terombang-ambing. Di satu sisi maka disisi lain. Dalam pelajaran ini, yang dibawakan oleh John Hoberman, kita akan mengenali dampak-dampak yang diakibatkan globalisasi.

We will learn why the basic principle of globalization is competition?

We will learn how the world is connected more than ever before?

Meskipun begitu kita yang sudah pernah menerima dampak dan hasilnya, tiada salahnya untuk berbagi apa yang dipikirkan tentang globalisasi. Tetapi sebelumnya, kita haruslah percaya bahwa globalisasi tidaklah serta-merta menjadi hantu yang menakutkan bagi kita. Globalisasi itu seiring dengan bagaimana teknologi membuat kita terhubung satu sama lain di dunia dengan cepatnya. Imbasnya adalah kita memasuki dunia lain di luar batas negara, kampung, dibatasi sungai dan samudera yang luas, dengan hanya memindahkan remote, klik mouse atau semisalnya yang sama.

Pelbagai aspek yang paling banyak dibicarakan tentu adalah culture alias budaya. Bagaimana jadinya bila satu budaya bertemu dengan budaya lain yang notabene nya berbeda, bahkan jauh. Adalah cultural shock jawabannya. Dampaknya adalah banyak kita temukan. Namun contoh paling baru yang bisa dijadikan contoh disini adalah bagaimana seorang anak kecil dengan leluasanya membunuh temannya sendiri karena uang seribu ? Sangatlah tidak mungkin bila kita mengatakan bahwa mungkin dia belum mengerti apa itu apa ini bila dia ketika diintrogasi sangatlah mudah untuk menjawab "saya tidak menyesal". Adakah yang bisa dipetik dari masalah pelik globalisasi disini ? Adakah suatu percepatan dari suatu dunia yang dipenuhi teknologi canggih mempuni ?

Revolusi komunikasi setelah melampaui dua tahapan revolusi pertanian dan revolusi industri - Alvin Torfler -
oleh : Syahrullah Sanusi (Antropologi Unhas 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar