Dan aku mulai melangkah menuju sebuah jendela kecil untuk menelanjangi senja yang menyuguhkan bening embun. Dia dari kejauhan menari bersama biasan air dari bebatuan yang menyejukkan jiwanya sembari berkata “Tuhan aku ingin berjalan, karena aku telah menemukan secarik harapan dari jiwa yang malam dan senjanya hanya menatap mimpi dari jendela kecil untuk meminta secuil kedamaian dari-Mu, karena itu izinkan aku untuk berjalan”.
Tuhan.. dia telah berkata kepada-Mu, dan aku berkata Kepada-Mu, “aku hanya ingin bermimpi tentang taman-taman firdaus yang dapat menenangkan jiwaku, didalamnya ditumbuhi bunga-bunga yang dari kejauhan menampakkan wajahnya yang terbangun dari pesakitan, dan aku menginginkan kepedihannya berlalu mengikuti jeritan tangis yang mengarah pada lembah-lembah kemarau, dan gelak tawa kebahagiaan dapat memecah keheningannya”.
Celotehnya mengingatkanku tentang bait-bait hidup yang telah dilaluinya, jalannya hanya menampakkan rona-rona kepedihan, dan jalan-jalan kecil dengan kerikil tajam telah menembus kakinya yang mungil. Tuhan.. aku telah banyak menyaksikan kepedihan di jalan-jalan dari pagi hingga malam kembali menyapa, tentang sekumpulan anak kecil yang sedang asyik bermain dengan debu-debu jalan dengan harapan sekeping koin dapat mengisi perut kosong mereka, dan seorang kakek yang luluh lantah dan kurus mengayuh sepeda untuk anak istri dan cucu dengan punggung terbakar mata kemarau, kecintaanku telah kuberikan buat mereka, dan buat dia yang telah mengangkatku dari gubangan lumpur kepedihan, dan menghangatkan jiwaku dari pelukan malam yang membekukan rasa, ku ingin berdoa Kepada-Mu Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Cinta buat ia menjadi insan yang mencintai cintanya dan menyayangi penyayangnya serta mengasihi kekasihnya, karena aku bagian dari ketiganya.
Tuhan.. aku telah berdosa kepadanya karena kelemahanku, aku hanya manusia yang selalu bermain dengan gubangan dosa sehingga aku takut akan ketidak-mampuanku menghangatkan jiwanya dari genggaman malam, ketidak-mampuanku untuk menghiburnya dari kepedihan yang selalu menyelimuti jiwanya, ketidak-mampuanku mengusir gelap dalam jiwanya yang tak satu pun cahaya meneranginya, serta ketidak-mampuanku menulis cerita kecil tentang kebahagiaan dalam jiwanya dari cerita kecil masa lalu nan kelam yang menghantuinya hingga sekarang. Tuhan.. Namun, aku tidak takut meminta setitik zahra cinta-Mu untuk kuberikan padanya karena aku ingin selalu mencintai dan menyayanginya, Tuhan.. aku akan selalu meminta, karena Engkau Maha Cinta dan Maha Pemberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar